HELLO!

WELCOME to my Blog :)

Enjoyed!

Thursday, October 25, 2012

Cara Mencegah Tawuran


Akhir-akhir ini, kita diramaikan dengan berita tawuran antara SMAN 70 Jakarta dengan SMAN 6 Jakarta. Dimana terdapat satu siswa yang tewas akibat dendam turun temurun tersebut. Maka public pun bertanya-tanya, mengapa bisa para siswa sekolah dengan pendidikan yang layak berprilaku layaknya orang yang, maaf, tidak berpendidikan. Sepertinya tidak asing lagi bagi kita untuk mendengar kata tawuran. Hampir seluruh media massa bahkan semuanya, sering sekali mengkaji berita tentang tawuran yang rasa-rasanya tidak akan ada habisnya. Hal ini bagaikan fenomena dunia yang memprihatinkan. Namun, jika tawuran bisa sampai terjadi, sebenarnya pihak siapa yang perlu disalahkan? Orang tuakah atau pendidikan di sekolah?

Saya pernah bertanya kepada seorang laki-laki, yang dulunya juga terlibat dalam aksi tawuran di sekolahnya. Saya bertanya mengenai apa sebenarnya tujuan ia melakukan atau ikut-ikutan aksi tawuran antar-sekolah tersebut.  Dalam percakapan itu, saya bisa mengambil beberapa kesimpulan factor-faktor penyebab tawuran itu terjadi.

Ada beberapa faktor  penyebab tawuran bisa terjadi, diantaranya :
1.      
       Faktor pribadi

Seorang remaja sekolah yang sedang duduk di bangku SMA, memang sedang masa-masanya mencari jati diri. Mereka juga dituntut untuk menyesuaikan diri di lingkungannya. Di lain pihak, mereka juga membutuhkan pengakuan dari lingkungan sekitarnya dengan cara mengembangkan identitas diri secara positif. Namun, jika tidak berhasil mengembangkan diri kecemasan diri. Pelampiasan dari hal tersebut adalah melalui kekerasan dan kenakalan remaja.
Rasa ingin diakui, membuat identitas diri yang negative terlihat ‘keren’ di mata para remaja.

2.       Faktor lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak. Maka orang tua dituntut untuk selalu memberikan contoh yang baik untuk anak. Rasa kasih saying dan perhatian yang cukup terhadap anak, akan membentuk pribadi seorang anak yang baik. Namun sebaliknya, anak yang kurang akan kasih sayang orang tuanya, akan merasa kesepian dan melampiaskan dengan hal-hal yang negative.
Oleh karena itu, orang tua dituntut untuk selalu mengawasi dan mengarahkan perkembangan sang anak. Agar kelak tidak terjadi hal-hal negative yang tidak diinginkan.

3.       Faktor lingkungan teman sepermainan

Ada pepatah mengatakan “Jika kamu bergaul dengan seorang penjual parfum, maka kamu akan tertular wanginya”. Maksudnya adalah, dengan siapa kita bergaul,maka seperti itulah kita. Teman sebaya atau teman sepermainan sedikit banyak mempengaruhi pola pikir, aktivitas, dan identitas diri seseorang. Pengaruh kelompok sepermainan sangat besar. Seseorang bahkan rela mengikuti aturan yang berlaku di kelompok agar bisa diakui oleh sekitarnya. Popularitas dan banyaknya teman meningkatkan rasa bangga dalam diri seseorang. Mereka dituntut untuk meyesuaikan diri dengan apapun yang ada di dalam kelompok sebaya mereka.
4.        
      Faktor lingkungan sekolah

Kondisi sekolah yang tidak menguntungkan proses pendidikan si anak, keadaan guru dan system pengajaran yang tidak menarik membuat anak bosan. Kesenjangan social-ekonomi yang terjadi anatara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru. Kurangnya sarana dan prasarana pada sekolah yang tidak menunjang para siswa untuk bersaing secara sehat dan meningkatkan kreatifitasnya. Acuh tak acuhnya pihak sekolah terhadap anak didik dan kurang disiplinnya tata tertib yang dibuat. Semua itu membuat siswa mencari perhatian keluar sekolah untuk mencari kegiatan lain yang tidak membosankan.

5.       Faktor “turun-temurun”
Dendam turun-temurun antar-sekolah, biasanya menjadi factor yang berpengaruh besar akan terjadinya tawuran. Letak sekolah yang berdekatan,membuat mereka bersaing secara tidak sehat dengan kekerasan.


Cara mengatasi dan mengurangi tawuran antar-pelajar

Ada beberapa cara yang sebenarnya bisa dilakukan untuk mengurangi tawuran antar-pelajar. Namun diperlukan kesadaran diri dari masing-masing pihak yang terkait.

a.       Orang tua mengajarkan pada anak bahwa kekerasan bukanlah jalan keluar dari segala permasalahan. Terapan itu sebaiknya dimulai saat anak kecil,disaat otaknya menerima segala sesuatu yang terjadi pada si anak.
b.      Pihak sekolah mengalihkan perhatian anak ke hal-hal positif. Dengan mewajibkan ekskul misalnya, akan membuat anak banyak melakukan kegiatan positif dan tidak ada waktu untuk melakukan tawuran atau kenakalan remaja lainnya.
c.       Bergaul dengan teman yang bisa membawamu ke arah perubahan yang positif.
d.      Menanamkan dalam diri rasa percaya diri.
e.      Berikan sanksi untuk setiap tindakan kekerasan yang terjadi,agar anak disiplin.
f.        Ajarkan ilmu social budaya agar tidak salah menempatkan diri pada lingkungan sekitar.
g.       Meningkatkan pergaulan dengan orang-orang yang kreatif,agar cara berpikir kitapun ikut kreatif.
h.      Komunikasi dan pendekatan kepada anak.
i.        Pengajaran ilmu bela diri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang,bukan menyakiti orang lain.
j.        Tingkatkan jiwa social antar sesama manusia, agar bisa lebih menghargai adanya manusia adalah untuk saling tolong menolong.
k.       Perbanyak kegiatan yang positif.
l.        Jika tidak suka belajar seserius di sekolah, temukan bakat anak dan kembangkan. Hal itu akan meningkatkan kepercayaan diri sang anak.


Segala cara bisa dilakukan untuk mengurangi tawuran yang sering terjadi, namun segala pihak yang terkait harus serius dalam menanganinya. Tidak asal hanya teori. Semua kembali kepada masing-masing individu.
Sekian tulisan saya. Semoga bermanfaat :)

No comments:

Post a Comment