HELLO!

WELCOME to my Blog :)

Enjoyed!

Friday, October 29, 2010

BERAS+AIR+PANAS=NASI

Segala hal yang terjadi di dunia ini tentulah membutuhkan sebuah proses. Proses untuk mewujudkaan suatu hal hingga terjadi dan nyata. Contoh mudahnya adalah seperti judul tulisan ini. Beras+air+panas=nasi,maksudnya adalah jika kita ingin membuat nasi,kita membutuhkan beras dan air yang kemudian dimasak dengan cara dipanaskan. Tanpa itu,nasi tidak akan pernah terjadi dan nyata. Tidak mungkin nasi ada dengan sendirinya tanpa melalui sebuah proses,yaitu memasaknya.

Sama halnya jika kita ingin meraih gelar sarjana,kita harus melalui proses belajar yang panjang. Dari mulai TK,Sekolah Dasar,SMP,SMA hingga kuliah. Tidak ada yang terjadi secara instan. Hal tersebut membuktikan bahwasannya kita hidup di dunia tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Sangat dibutuhkan keuletan,kerja keras dan tawakal dalam menjalani dan meraih sesuatu.


Semua orang menginginkan masa depan yang cerah, impian yang sempurna, tapi tidak semua orang sanggup untuk bisa menjalani dan menghargai ” proses ” dalam mencapai impiannya.

Masa depan memang suatu hal yang sangat sulit untuk ditebak, tapi semua orang bisa mengangan-angankan apa yang dia inginkan.

Usaha dan hasil, 2 hal yang sangat erat kaitanmya, memulai dengan usaha untuk mencapai hasil yang sempurna. ya begitulah kenyataannya, gimana seorang nelayan mampu untuk mendapatkan ikan di lautan, kalau tidak mengarungi ombak yang datang,

hasil yang didapatkan memang sangat bergantung terhadap usaha yg kita lakukan, seberapa besar usaha yang kita lakuakn, maka sebesar itu pulalah hasil yang akan kita dapatkan.

pepatah arab mengatakan ” man jadda, wajada ” hanya ada 1 kata ” sungguh-sungguh” dalam artian sungguuh-sungguh dalam berusaha dan doa, karena apapun hal yang kita lakukan ,tidak ada satu hal pun yang luput dari pengawasan dan campur tangan Allah yg maha kuasa.

ada hal yang sangat penting dalam mencapai hasil akhir dari sebuah pekerjaan, yaitu menghargai sebuah proses, ya ” proses ” .dalam mencapai segala sesuatu yang kita inginkan, maka kita harus mampu untuk melakukan apa yang telah kita impikan, mengambil sebuah keputusan, berarti saat itu juga kita mampu untuk bertanggung jawab terhadap keputusan yang kita ambil.

dan ketahuilah apapun itu yang kita lakukan, butuh proses dan perjalanan. seberapa jauh kita mampu untuk bertahan dalam kesulitan, dan seberapa kuat kita mampu bangkit dari keterpurukan, karena jalan yang kita lalui tidak semulus kain sutra, dan tidak semudah kita mengnghirup dan menghembuskan udara, tapi penuh onak dan duri, menurun dan mendaki, yang mau tidak mau harus dijalani.

proses dan perjalanan yang kita lalui butuh perjuangan, dan perjuangan tak kan berarti tanpa adanya pengorbanan.

maka berusahalah untuk bisa menghargai sebuah ” proses ” dalam mencapai impian hidup, banyak orang yang gagal dalam mencapai impian hanya karna tidak mau dan mampu untuk sabar menjalani proses.

bukankan dalam hidup ini Allah telah menciptakan segala sesuatunya dengan bertahap-tahap, itu menandakan apapun yang ada di dunia ini butuh proses dan tidak ada yang instan.

fenomena kehidupan menggambarkan kepada kita, terlahirnya manusia kedunia tidak ada yang spontan beridri, kemudian berjalan. semuanya butuh tahapan dan proses.

nah ketika kita telah mampu menjalani kehidupan dan menghargai sebuah proses dalam mencapai impian, maka rasa lelah pun akan terasa hilang, terpancar senyum dari raut wajah yang berseri, dan baru akan terasa betapa nikmatnya perjalanan yag telah dihabiskan.
sumber : http://umum.kompasiana.com/2010/05/04/hargai-proses-dalam-mencapai-impian/



Proses adalah bagian dari tumbuh kembang dalam kehidupan. Seringkali karena kita terkonsetrasi dalam menginginkan tujuan agar impian kita menjadi nyata, kita berkonsentrasi ‘menginginkan’ dan lupa berkonsentrasi untuk berproses. Kenyataannya walaupun kita mengetahui bahwa untuk berkembang harus berproses, namun kita tidak menginginkan untuk berproses. Karena tidak menginginkan untuk berproses jadinya proses itu sendiri tidak dilakukan.

Keinginan berproses tidak akan muncul jika kita tidak memiliki kesadaran. Hidup dengan kesadaran membuat kita sadar bahwa hidup itu memerlukan proses. Sudah sifat alaminya bahwa hidup itu berproses, hingga apapun yang melawan sifat alami kehidupan pastinya akan ada konflik. Hanya dengan hidup berkesadaranlah kita akan sadar bahwa hidup selalu memerlukan proses. Dengan kesadaran kemudian akan timbul keinginan kita untuk berproses dalam menjalani hidup, apakah itu berproses dalam menjalani pendidikan, karir, dalam menjalani aktifitas kita sehari-hari dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat.

Berproses adalah pemikiran berbasis sekarang, terjadinya adalah sekarang. Sementara tujuan atau impian adalah pemikiran berbasis masa depan, karena masih rencana, belum terjadi. Seringkali kita mendasarkan konsentrasi pikiran pada tujuan di masa depan, cita-cita masa depan, tapi lupa berkonsentrasi di masa sekarang ini, yaitu untuk melakukan tindakan-tindakan nyata dalam berproses. Padahal dengan hanya dengan tindakan-tindakan nyata dalam berproses itulah tujuan ataupun impian masa depan bisa dicapai. Tapi kalau kita menghabiskan pikiran kita dengan selalu bertujuan dan bercita-cita tanpa disertai tindakan nyata berproses di masa sekarang ini, maka kita akan menjadi frustrasi seakan cita-cita kita tidak kunjung tercapai.


Lalu kita menjadi bingung, kenapa tujuan saya tidak kunjung tercapai? Padahal, itu disebabkan karena kita tidak kunjung melakukan tindakan berproses untuk menuju cita-cita tersebut. Jadi kita sibuk memikirkan impian masa depan, tanpa sibuk melakukan tindakan berproses di masa sekarang ini. Masa depan dan masa sekarang adalah 2 hal yang luar biasa berbeda.

Namun ada hal yang juga sangat penting disini. Dalam berproses kitapun harus mengerti secara jelas, ada 2 hal yang berbeda. Proses yang dijalankan oleh kuasa Tuhan dan proses yang kita jalani atas diri sendiri. Ada proses yang sifatnya atas dasar kuasa Tuhan. Tapi ada proses yang sifatnya atas dasar kuasa kita sebagai manusia. Jika bisa membedakan 2 hal tersebut, maka kita bisa mengetahui apa yang bisa kita lakukan dalam berproses, apa yang menjadi kehendak Tuhan. Dan oleh karenanya dalam berproses, apakah itu berproses dalam menjalani jenjang pendidikan, proses dalam meniti karir, proses dalam kehidupan pribadi atau berkeluarga, proses menyelesaikan masalah,proses menjawab tantangan hidup, proses apapun itu, kita perlu memiliki kemampuan ‘mendengar’, ‘mengamati’ secara mendalam. Jadi kita mengerti apa yang menjadi ‘lahan’ kita dalam berproses, apa yang menjadi lahan Tuhan.

Ada kalanya karena tidak memiliki kemampuan ‘mendengar’ , ‘mengamati’ kehidupan, kita menyerahkan segalanya ke Tuhan tanpa melakukan tindakan nyata berproses. Itu juga tidak relevant. Karena pada dasarnya dalam berproses di berbagai sisi kehidupan, kita, alam semesta dan Tuhan sebenarnya merupakan satu team. Jadi dalam berproses di kehidupan kita, untuk tujuan apapun, harus ada kemampuan ‘mendengar’, ‘menyimak’, ‘mengamati’ kehidupan, sehingga apa yang menjadi tujuan hidup tercapai, cita-cita menjadi nyata, atau juga masalah yang akhirnya jadi bisa diselesaikan.

Semua ini kembali lagi berbasis hidup berkesadaran. Kita tidak akan bisa sepenuhnya berproses secara alami tanpa kemampuan ‘mendengar’, ‘menyimak’, ‘mengamati’ berbagai aspek kehidupan secara mendalam jika menjalani hidup tanpa kesadaran yang tinggi. Dengan kesadaran pun kita juga menyadari, bahwa ada saatnya tujuan atau cita-cita kita tidak tercapai setelah usaha maksimal kita sebagai manusia. Nah disinilah ‘lahan’ Tuhan. Dengan kesadaran kita juga jadi mengerti ada saatnya Tuhan berbicara berbeda. Yang penting, kita harus mengerti secara sadar dulu, apa yang menjadi ‘lahan’ kita dalam berproses, apa yang menjadi ‘lahan’ Tuhan dalam berproses.

Banyak sekali contoh kasus tidak berprosesnya manusia yang kemudian menimbulkan konflik atau kebingungan pada manusianya sendiri. Misalnya, kita tidak mau banjir terjadi di kota kita, Jakarta contohnya. Tapi sejak dulu masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Antara cita-cita dan tindakan keduanya bertentangan dalam hal ini. Jadinya bercita-cita kota tidak terkena banjir, tapi buang sampah sembarangan kerap dilakukan. Ini artinya tidak berproses. Tidak sadar berproses. Tidak adanya kemampuan berproses membuang sampah di tempatnya sejak dulu, tentunya memberi kontribusi yang besar terhadap permasalahan banjir. Kita kesampingkan dulu keluhan dan kemarahan kita terhadap pemerintah. Mari berhenti menyalahkan pihak lain dan berkonsentrasi terhadap apa proses yang bisa kita lakukan sekarang, agar tujuan kita tercapai. Kita semua punya ‘lahan’ masing-masing yang bisa kita lakukan untuk berproses.

Contoh sederhana lainnya bisa kita ambil dalam bagaimana kita berkomentar dalam sebuah tulisan yang di tulis dalam sebuah blog. Begitu berkonsentrasinya dengan tujuan ingin berkomentar, akhirnya lupa membaca sepenuhnya isi blog tersebut, apalagi untuk mengerti topiknya, tentunya komentar yang ditulisnya ternyata akhirnya tidak ada hubungannya dengan topik yang ditulis atau bisa saja komentar tersebut malah mempermasalahkan/menghakimi sesuatu yang sebetulnya sudah dijelaskan dalam topik pembahasan blog tersebut. Hal ini terjadi karena kita sibuk berkonsentrasi memberi komentar, tapi tidak sibuk berproses membaca blog tersebut hingga selesai, membacanya secara mendalam dan menyimaknya hingga mengerti penuh.

Membaca, mengamati, menyimak, memerlukan kehadiran kita sepenuhnya dalam berproses, yaitu dalam konteks ini, berproses untuk membaca secara lengkap dan mengerti secara mendalam dan utuh posting blog yang dimuat. Terkadang jadinya kita sudah berkomentar sebelum membaca sepenuhnya tulisan blog tersebut, sibuk menghakimi sebelum mengerti sepenuhnya apa sebetulnya yang dibahas dalam blog tersebut. Itu berkaitan dengan kemauan dan kemampuan kita dalam berproses.

Kembali lagi ini hanya sebuah contoh. Masih banyak contoh lainnya lagi dalam aktifitas kita sehari-hari, dalam kehidupan kerja, dalam kehidupan bermasyarakat, berkeluarga, dalam kehidupan menjalani jenjang pendidikan, bahkan dalam kehidupan diberbagai bidang industri hingga kehidupan bernegara, dimana kita sibuk berkonsentrasi bercita-cita tapi melupakan berkonsentrasi untuk melakukan tindakan nyata dalam melakukan proses sesungguhnya di waktu sekarang ini.

Ayo kita pikirkan lebih dalam permasalahan dalam kehidupan kita. Jauh lebih dalam lagi, apakah kita sudah berproses dalam pengertian sesungguhnya dalam mencapai cita-cita, dalam mewujudkan tujuan , dalam memecahkan permasalahan, dalam menjawab tantangan dan dalam menjalani seluruh hidup kita.

Jangan-jangan, kita sibuk bercita-cita. Bukan sibuk bertindak dengan relevan dan berproses secara nyata dalam masa sekarang ini.

Kita perlu sadar akan proses yang diperlukan untuk berproses. Sadar akan faktor dari berproses. Mengamati hal ini secara mendalam memerlukan kerendahan hati untuk tidak melakukan self denial terhadap keadaan diri, dan keadaan lingkungan tempat kita berada.
sumber : http://id.omg.yahoo.com/blogs/kemampuan-berproses-maylaffayza-21.html


Dimana ada proses disitu ada hasil akhir. Hasil akhir sebuah proses bisa sangat memuaskan,cukup memuaskan,atau malah tidak memuaskan. Hal tersebut tergantung dari bagaimana kita menjalani proses yang ada. Sudah maksimalkah atau malah sebaliknya?. Maka dari itu,dalam menjalani sebuah proses kehidupan,dibutuhkan niat yang kuat. Tanpa ada niat dan kemauan niscaya hasil akhir yang didapat tidaklah memuaskan. Tetapi,tidak sedikit orang yang mengambil jalan pintas untuk mendapatkan hasil akhir yang diinginkan. Maksudnya adalah orang tersebut tidak mau melewati sebuah proses yang panjang terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil akhir yang diinginkan. Mereka lebih memilih menukar proses tersebut dengan uang yang mereka miliki. Ada sebagian orang yang baru merasa puas dengan apa yang didapatnya jikalau hasil akhir itu mereka dapatkan dengan kerja keras mereka sendiri alias tanpa cara instant. Itu adalah contoh orang-orang yang menghargai sebuah proses kehidupan.


Siapapun dari kita yang tidak mau melewati PROSES sudah dapat dipastikan kesuksesan hanyalah akan menjadi impian semata. Ya, kesuksesan hanya dapat diraih dengan upaya dan ketekunan yang sungguh-sungguh. Benarlah kata pepatah yang mengatakan “Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, niscaya ia akan meraih apa yang dicita-citakannya”.
sumber : http://fajj27blog.wordpress.com/2008/12/15/sukses_hasil_dari_sebuah_proses/


Proses Menentukan Hasil Akhir
TUHAN TIDAK MENILAI ANDA KETIKA ANDA TIDAK PUNYA UANG, YANG DINILAI TUHAN ADALAH PROSES UNTUK MENDAPATKAN UANG KARENA DALAM PROSES TERSEBUT TERLIHAT BAHWA ANDA PUNYA KUALITAS ATAU TIDAK SEBAGAI MAHLUKNYA YANG BERTAQWA ( PESONA KEHIDUPAN BY AWALUDDIN MANDJID)
Hasil hanyalah bagian kecil dari sebuah proses pencapaian yang dilakukan oleh manusia, inilah yang sering dilihat manusia, dengan sandangan yang nempel dalam diri manusia, yang dapat berupa banyaknya uang, rumah mewah, deretan mobil dan hal lainnya yang lebih bersifat duniawi semata, dan biasanya inilah yang dijadikan ukuran sukses manusia.Ada rangkaian proses sebelum mencapai hasil, yaitu :

Niat, apreasiasi niat terjadi karena tiga hal yaitu manusia sebagai mahluk Tuhan, manusia sebagai mahluk pribadi dan manusia sebagai mahluk sosial. Niat yang ada sebagi cakupan tiga hal tersebut sebagai kesatuan yang mempunyai sinergi satu dengan yang lainnya, saling memberi makna, karena niat ini akan menentukan cara yang akan dilakukan dalam menempuh tujuan hidup manusia. Niat, yang dijalan manusia adanya dalam hati, seberapa tulusnya niat yang ada terletak pada seberapa dekatnya ia kenal Tuhannya, sehingga ia kenal dirinya dan masyarakatnya.

Cara, untuk mewujudkan niat guna meraih tujuan hidup dibutuhkan cara yang benar dan tepat, dan itu dilakukan dengan akal pikir, dan harus sesuai dengan niatan hati, maka akal hati merupakan rujukan bagi akal pikir, sehingga didapat cara yang benar, tepat dan jitu guna meraih tujuan hidup manusia.

Tujuan hidup, tujuan yang hendak dicapai merupakan hasil dari apa yang diniatkan dan bagaimana niat itu dijalankan , diman akumulasinya menjadi tujuan hidup manusia. Untuk mencapai tujuan hidup manusia, yang berupa Ridlo Tuhan yang di harapkan maka yang harus dijalankannya terlebih dahulu adalah Tugas hidup yang berupa implementasi tugasnya manusia sebagai mahluk Tuhan, dan Fungsi hidup yaitu bagaimana manusia memberikan nilai kemanfaatan sebanyak - banyaknya bagi manusia dan alam, sehingg manusia dan alam ini menjadi sejahtera dalam harmonisasi, antara manusi dan alam.

Apa yang dilakukan manusia sebelum ia mencapai kematiannya adalah rangkaian proses yang terus berjalan, dan sebagai bagian hidup yang merupakan proses inilah yang dinilai Tuhan sebelum ia mencapai tujuan akhirnya, karena bisa saja manusia dalam niat, cara dan tujuan berubah setiap saat, maka ada sebuah bahasa bijak yang mengatakan, RUGILAH MANUSIA YANG TAK BERILMU, RUGILAH MANUSIA YANG BERILMU NAMUN TAK MENGAMALKANNYA, RUGILAH MANUSIA YANG BERILMU, MENGAMALKANNYA NAMUN TAK IKHLAS, RUGILAH MANUSIA YANG BERILMU. MENGAMALKANNYA, IKHLAS NAMUN TAK MAMPU MEMTERHANKAN IKHLASNYA.

DAN ITULAH PROSES, AKHIR DARI TUJUAN ADALAH KEMATIAN DALAM IKHLAS DAN KEIKHLASAN.
sumber : http://inspirasiawal.blogspot.com/2010/10/proses-menentukan-hasil-akhir.html

Kesimpulannya,proses kehidupan dan hasil akhir adalah kedua hal yang berkaitan. Tetapi,kita yang menentukan apakah hanya ingin mendapatkan hasil akhirnya saja atau disertai dengan prosesnya. Semua itu tergantung pada pola pikir masing-masing manusia.
Demikianlah tulisan ini saya buat,semoga bermanfaat bagi yang membacanya.

No comments:

Post a Comment