Keputusan pemerintah soal nasib harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) bersubsidi sepertinya belum akan jelas, setelah sebelumnya sempat beredar
kabar bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menyampaikan informasi opsi
BBM bersubsidi hari ini.
Satu hal yang harusnya difahami dan diyakini oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono adalah; setiap keputusan terkait kepentingan negara
tidak selamanya akan diterima dengan baik oleh rakyat. Karenanya, sebaik apapun
konsep yang digagas, akan sangat mungkin menimbulkan efek bagi khalayak luas.
Demikian maka, hal yang harus dipertimbangkan adalah, sejauh
mana kebijakan atau ketetapan atau kebutusan itu memberi kemaslahatan bagi
Negara dalam waktu ke depannya. Seringkali, orang mengharapkan berjalan
paralelnya antara keinginan rakyat dengan kepentingan Negara. Akan tetapi
kadangkala, hal itu tidak mungkin sejalan beriring terus. Adakalanya,
kepentingan Negara berbenturan dengan keinginan rakyat.
Pada kondisi ini maka hal yang harus dikedepankan adalah
kepentingan Negara dan buka kepentingan orang perorang, kendati itu
mengatasnamakan rakyat. Sebaik apapun keputusan yang ditetapkan, lazimnya ada
orang yang diuntungkan dan ada pula orang yang tidak diuntungkan.
Pada satu contoh, bagi pedagang kakilima, berjualan yang
paling nyaman adalah tepat dipinggir jalan, di atas trotoar, tempat orang
berlalu lalang, dan tidak perlu menyewa took atau kios. Lokasi seperti itu
jelas sangat favorit dan merupakan keinginan bagi pedagang.
Namun bagi Negara, proses berjualan seperti itu tentu tidak
benar. Negara berkepentigan mengatur agar ketertiban tetap terjaga, dan trotoar
maupun jalan tetap digunakan sesuai peruntukkannya, serta kemaslahatan publik
yang lebih besar. Jelaslah di sini, ada perbedaan antara keinginan rakyat pedagang
dengan kepentingan Negara.
Dalam persoalan subsidi Bahan Bakar Minyak saat ini, tentu
banyak anggota masyarakat menghendaki agar harganya tidak dinaikkan, sebab itu
akan dirasa memberatkan bagi mereka. Dalam konteks ini, sangat wajar bila
Pemeritahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menimang-nimang berbagai opsi
yang akan diputuskan.
Namun, Presiden juga harus menjelaskan bahwa keinginan
sebagian anggota masyarakat tersebut, tidak sejalan dengan kepentingan Negara.
Ada kepentingan yang lebih besar, sehingga harga BBM dinaikkan. Sayangnya,
pemerintah tidak menjelaskan masalah tersebut secara tuntas kepada khalayak.
Bahkan kondisi yang disampaikan kepada publik pun terkesan tidak komprehensif.
Satu pejabat, yakni menteri Eenergi dan Sumberdaya Mineral
Jero Wacik menyebut hari ini direncanakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
akan menyampaikan opsi pengurangan subsidi BBM di hadapan peserta
MusrenbangNas. Sementara pejabat lainnya, yakni Jurubicara Presiden Julian
Aldrin Pasha, membantah, bila hal itu akan dilakukan hari ini oleh Presiden
SBY.
Akibatnya, publik dibuat bingung dan bertanya-tanya soal
keputusan tersebut. Belum lagi opsi yang akan disampaikan kepada publik, sering
berbeda-beda. Sepertinya, baru sebatas pemikiran di otak, sudah disampaikan
kepada meda massa. Dan hal itu dilakukan oleh banyak pejabat.
Kondisi ini jelas tidak memberi manfaat bagi rakyat.
Bahayanya, bila Presiden SBY selalu bimbang, maka masyarakat pun akhirnya
mengalami ketidakpastian. Situasi ketidakpastian, kadang sangat mudah dimanfaatkan
oleh oknum tertentu yang ingin menciptakan instabilitas. Ini yang lebih
berbahaya.
No comments:
Post a Comment