HELLO!

WELCOME to my Blog :)

Enjoyed!

Sunday, February 3, 2013

Adult and Mature

Apakah itu dewasa? Apakah bedanya dengan kedewasaan? Apa yang menjadi tolak ukur dalam menentukan kedewasaan seseorang? Apakah orang yang umurnya lebih tua dari kita pasti lebih dewasa dari kita? Saya akan membahasanya satu per satu.

Dewasa adalah sebuah proses yang dialami seseorang dalam kehidupannya. Ada yang bilang seseorang dikatakan dewasa apabila orang tersebut sudah bisa menentukan mana yang berdampak baik dan mana yang berdampak buruk. Dewasa juga ditentukan oleh umur. Semakin tua umur seseorang,maka orang tersebut dituntut untuk lebih mencerminkan sikap yang arif dan bijak. Dewasa juga berarti harus menunjukkan sikap yang bisa menjadi panutan untuk orang yang lebih muda. Karena yang muda biasanya mencontoh yang lebih tua. Jadi alangkah baiknya jika seseorang yang beranjak dewasa lebih menjaga sikap,agar terlihat lebih santun. Makna dewasa dalam beberapa aspek :

Makna Biologis:
Apabila seseorang itu telah mencapai usia reproduksi.

Makna Hukum (Legal):
Apabila seseorang dinyatakan berhak berpartisipasi dalam pemilihan umum dan telah berhak mengemudi.

Makna Sosial:
Apabila seseorang telah menjalankan peran sosial: menjadi pekerja penuh, telah kawin, telah menjadi orang tua, berhak memilih dan dipilih.

Makna Psikologis:
Apabila seseorang telah mandiri, telah memiliki konsep diri, mampu menerima resiko atas keputusannya sendiri. (sumber : http://cairudin.blogspot.com/2010/12/makna-dewasa.html)

Banyak orang mudah berkata " Dia ga dewasa!" namun apakah dirinya sendiri sudah dewasa? Tahukah jika kita mengatakan orang tidak dewasa secara frontal dapat berdampak buruk bagi yang dikatakan ( artinya kita sendiri tidak cukup dewasa menghadapi orang tersebut), sebelum kita mengatakan dewasa atau tidak terhadap kepribadian seseorang kita harus mengerti terlebih dahulu apa itu DEWASA kemudian belajarlah merealisasikannya dan berilah pengertian tersebut kepada seseorang yang sedang berproses kepada kedewasaannya. Sebab tidak ada garis pembatas yang jelas dalam masyarakat modern yang memberi indikasi kapan seorang pribadi menjadi orang dewasa.

Dewasa berarti...
Menurut seorang ahli, G.W. Allport mengatakan bahwa masa ketika remaja adalah suatu masa transisi dari periode anak ke dewasa. Pengertian dewasa itu sendiri menurut Allport :
1. Extension of self atau “pemekaran” dari diri sendiri. Hal ini berarti seseorang mampu untuk menganggap orang lain sebagai bagian dari dirinya. Contoh yang paling mudah adalah tumbuhnya perasaan “cinta”. Orang dewasa yang mencintai biasanya diikuti dengan berkurangnya perasaan egoisme. Jadi apabila kita sudah beristri tapi salah satu masih menunjukkan egoisme dan memikirkan diri sendiri itu artinya kita belum bisa disebut mencintai apalagi dikatakan dewasa (mature personality).
2. Pernahkah kita melihat kaos oblong yang dibagian punggung ada tulisan “silakan mengaca” dan diatasnya ada cermin yang bergambarkan seekor monyet ? Menjadi dewasa berarti mampu untuk melihat diri sendiri secara objektif (Self Objectification). Pengertiannya adalah ketika kita bisa “mengaca” melihat kepribadian kita sendiri. Dalam hal ini berarti tidak marah ketika menerima kritik dan justru kritik itu menjadi sarana untuk instropeksi diri, melihat kesalahan-kesalahan yang ada pada diri sendiri. Nah, apakah kita itu “monyet” yang mudah marah dan hanya memikirkan diri sendiri atau seorang manusia dewasa yang mampu lebih bijak menghadapi orang lain ?
3. Seorang yang dewasa dia memiliki falsafah hidup tertentu (Unifying Philosophy of Life). Biasanya hal ini berhubungan dengan etika atau agama. Sederhananya orang yang sudah dewasa dia itu tahu aturan, tidak berbuat seenaknya sendiri atau bertindak hanya untuk kepuasan sesaat. Dengan memiliki tujuan hidup / cita-cita yang jelas diikuti dengan ketegasan untuk mencapainya dalam perilaku sehari-hari. Misalnya dengan tidak mudah terpengaruh ajakan rekan yang bersifat merusak, otoriter, anarkis, atau korupsi maka kita akan paham bahwa kepuasan yang didapat dari perbuatan itu hanya sesaat dan bisa merusak diri sendiri.

Beberapa aspek dewasa, diantaranya :

1. Dewasa secara fisik, dimana organ-organ reproduksi telah berfungsi secara optimal yang ditandai dengan produksi sperma yang baik pada pria dan produksi sel telur yang memadai pada wanita. Selain perkembangan sel-sel otot tubuh yang menandakan sekaligus membedakan pria dan wanita.

2. Dewasa secara psikologis, yang ditandai dengan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupan.

3. Dewasa secara social-ekonomi, ditampakkan dalam kemampuan seseorang untuk mandiri, membiayai kebutuhan hidup sendiri dan menangani berbagai hal dengan kemampuan sendiri.
sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4462510



Kedewasaan seseorang bila dilihat dari berbagai ketentuan hukum yang berlaku sangat beragam. Umumnya ketentuan yang berlaku atas kedewasaan seseorang didasarkan pada status perkawinan yang pernah dilakukan dan usia. Seseorang dianggap dewasa selain karena ia sudah menikah juga didasarkan pada usia yang menurut ketentuan hukum sudah dewasa. Kedewasaan berdasarkan usia ini merupakan salah satu parameter yang bersangkutan telah dianggap cakap dan berhak atas apa yang diatur oleh ketentuan hukum. Dalam hukum, kedewasaan berdasarkan usia merupakan salah satu unsur terpenting bagi seorang subyek hukum. Meskipun terdapat upaya dispensasi atau toleransi atas besaran usia yang disahkan oleh pengadilan, namun subyek hukum dapat dikatakan belum cakap hukum apabila yang bersangkutan belum memiliki kecukupan usia. Misalnya dalam hukum perdata kita, salah satu syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 BW adalah adanya pihak-pihaknya yang cakap (berkemampuan) untuk melakukan perbuatan hukum yang salah satu parameternya adalah kecukupan usia. Dengan usia yang belum mencukupi seseorang tidak dapat melakukan perbuatan hukum perdata dengan sendirinya (kecuali sudah menikah atau disahkan pengadilan). Kategori orang demikian adalah termasuk dalam golongan orang-orang yang berada dalam pengampuan.


Terdapat paradigma hukum yang berbeda dalam memberikan batasan kedewasaan berdasarkan usia. Perbedaan usia dewasa menurut satu aturan hukum dengan aturan hukum yang lain mengandung pertimbangan filosofis dan pertimbangan personalitas lainnya. Meskipun terjadi perbedaan besaran usia, namun tetap terdapat besaran usia yang sama dibeberapa aturan hukum yang berlaku. Perbedaan ukuran dewasa ini menjadi menarik ketika kita dihadapkan pada penyelenggaraan hak dan kewajiban kita sebagai warganegara maupun umat beragama.


Ketentuan hukum dalam kajian kali ini tidak hanya dibatasi oleh ketentuan hukum yang dibuat oleh negara, lebih dari itu mencakup ketentuan Hukum Agama (Islam) dan Hukum Adat. Dalam Hukum Islam kita mengenalnya dengan istilah "baligh". Umat Islam yang belum baligh dihadapkan pada persoalan yang hampir sama dengan warga negara yang belum dianggap dewasa. Ini terkait erat dengan hak serta kewajiban yang harus ia tunaikan. Selain itu ketentuan Hukum Islam telah dibukukan dengan legal formalnya sebagai Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang memberikan pandangan tersendiri mengenai besaran usia.


Dalam konteks yang lain sebagai orang tua, hendaknya kita mengetahui apa yang telah menjadi hak dan kewajiban anak kita seiring perkembangan usianya. Keterlambatan dan ketidakpedulian tentu akan memicu implikasi kurang baik bagi mereka. Misalnya anak sudah waktunya melaksanakan kewajiban sholat, wajib mengurus KTP, berhak ikut Pemilu, berhak mengurus SIM dsb. Berikut ini berbagai referensi tentang besaran usia dewasa menurut berbagai ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia :


Hukum Perdata (BW) : 21 tahun, Pasal 330 : "Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak terlebih dahulu telah kawin."


Hukum Pidana (KUHP) : 16 tahun, Pasal 45 : "Dalam menuntut orang yang belum cukup umur (minderjarig) karena melakukan perbuatan sebelum umur enam belas tahun, Hakim dapat menentukan : ..."


Hukum Islam (KHI) : 21 tahun, Pasal 98 Ayat (1) : "Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan". Selain itu dalam Hukum Islam juga dikenal istilah "baligh". Baligh merupakan istilah dalam Hukum Islam yang menunjukkan seseorang telah mencapai kedewasaan. "Baligh" diambil dari kata bahasa Arab yang secara bahasa memiliki arti "sampai", maksudnya "telah sampainya usia seseorang pada tahap kedewasaan". Secara hukum Islam, seseorang dapat dikatakan baligh apabila mengetahui, memahami, dan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, serta telah mencapai usia 15 tahun ke atas dan atau sudah mengalami mimpi basah (sumber : wikipedia).

Hukum Adat : Hukum adat tidak mengenal batasan umur belum dewasa dan dewasa. Hukum Adat hanya mengenal secara isidental saja apakah seseorang itu, berhubung umur dan perkembangan jiwanya patut dianggap cakap atau tidak cakap, mampu atau tidak mampu melakukan perbuatan hukum tertentu dalam hubungan hukum tertentu pula. Artinya apakah ia dapat memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri dalam perbuatan hukum yang dihadapinya itu.

Undang-Undang Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974) : Pria 19 tahun dan Wanita 16 tahun, Pasal 7 : "Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun."

Undang-Undang Lalu Lintas (UU No. 22 Tahun 2009) : 17 tahun, Pasal 81 : "(2) Syarat usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan paling rendah sebagai berikut:
a. usia 17 (tujuh belas) tahun untuk Surat Izin Mengemudi A, Surat Izin Mengemudi C, dan Surat Izin Mengemudi D;
b. usia 20 (dua puluh) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B I; dan
c. usia 21 (dua puluh satu) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B II."


Undang-Undang Kependudukan (UU No. 23 Tahun 2006) : 17 tahun, Pasal 63 :"(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan orang asing yang memiliki izin tinggal tetap yang telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki KTP."

Undang-Undang Pemilihan Umum (UU No. 10 Tahun 2008 juncto UU No. 42 Tahun 2008) : 17 tahun, Pasal 19 : "(1) Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pemah kawin mempunyai hak memilih.."
Pasal 1 angka 21 : Pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin.
sumber: http://www.facebook.com/topic.php?uid=328483863307&topic=15058

Menurut iklan rokok, “Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan”. Dan nampaknya, iklan itu menjadi valid saat kita melihat kehidupan politik di Indonesia beberapa hari terakhir. Bahwa usia tua ternyata bukan penanda kedewasaan. Banyak juga kita melihat seseorang yang usianya sudah tua namun perilakunya masih manja dan kekanak-kanakan.

Padahal, kedewasaan seseorang bisa menjadi tolok ukur kedewasaan suatu bangsa. Di Jepang, makna kedewasaan mendapat perhatian yang serius. Setiap hari Senin minggu kedua bulan Januari, diadakan upacara yang bernama Seijin Shiki atau Hari Menjadi Dewasa. Ini adalah upacara tahunan yang diadakan pemerintah lokal di setiap wilayah dengan mengundang semua anak yang telah mencapai 20 tahun. Tahun ini, hari Sheijin Shiki jatuh pada tanggal 11 Januari 2010, yang juga dijadikan hari libur nasional di Jepang.
Acara menjadi dewasa ini dipusatkan di setiap balai kota pada masing-masing wilayah atau kotamadya. Salah satunya adalah di Meguro Parsimony Hall, atau balai rakyat Meguro. Acara dimulai pada pukul 13.00 dan selesai menjelang 14.30. Di acara tersebut, para remaja berkumpul bersama mengenakan busana kimono aneka warna dan berbagai variasi.

Setelah kumpul, para sesepuh dan tetua kota memberi wejangan kepada mereka tentang makna menjadi dewasa. Menurut teman warga Jepang yang dulu pernah ikut upacara sejenis, menjadi dewasa berarti bertanggung jawab akan kebebasan yang diberikan. Boleh melakukan apa saja, tapi akibatnya ditanggung sendiri, dan ia harus berani mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan. Para orang tua juga menyadari hal itu dengan tidak memanjakan dan memberi kesempatan anaknya untuk mandiri. Inilah makna kedewasaan yang ditanamkan pada upacara Seijin Shiki.
sumber : http://baltyra.com/2010/01/22/makna-menjadi-dewasa/

Dewasa menurut artinya saya bagi menjadi dua. Dewasa secara fisik dan psikis. Kita semua akan mengalami dewasa fisik secara alami dengan ditandai dengan masa pubertas.
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual.
Nah setelah melalui pubertas itulah manusia dikatakan dewasa fisiknya.

Namun beda kasus dengan dewasa psikis atau dewasa kejiwaannya. Ketika kita dapat melihat secara langsung bagaimana fisik kita menjadi matang dan berubah bentuk, seseorang yang sudah dewasa kejiwaannya hanya dapat dirasakan saja perubahan-perubahan dalam dirinya.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana kita menyadari kalau kita sudah dewasa?
Menurut saya, kedewasaan juga bertahap seperti pertumbuhan kita.
Mulai kita masih bayi, balita, anak-anak, remaja, kemudian akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhannya pun akan seperti itu. Tetapi karena pada masa-masa ketika kita masih menjadi seorang bayi, balita dan anak-anak; kedewasaan tidak begitu dituntut maka kita dan orang lain pun tidak akan mempermasalahkannya. Lain halnya ketika kita sudah menjadi remaja dan akan menuju suatu kedewasaan (dikarenakan fisik kita sudah kian matang) maka kedewasaan secara psikis kita akan dituntut. Karena sangat tidak enak dipandang saat tubuh kita sudah menjadi dewasa namun kedewasaan kita masih seperti saat remaja. Maka diharapkan perkembangan antara dewasa fisik dan psikis itu berkembang secara bersamaan.
Tetapi perlu digarisbawahi kalau kedewasaan seseorang itu tidak tergantung pada usianya.

Kedewasaan yang saya rasakan begitu unik. Saya sendiri tidak tahu kapan saya telah menjadi dewasa. Mungkin kita bisa menyimpulkan kita sudah menjadi dewasa ketika menyadari hal itu. Mungkin anda mengalami hal-hal seperti ketika kawan anda atau seseorang disekitar anda mengatakan bahwa anda “berbeda”. Hal itu disebabkan kedewasaan yang anda alami mengubah diri anda dalam segi cara/pola pikir, cara berbicara, sikap dan tentu masih banyak lainnya. Ketika semua itu terjadi pada anda, pasti kawan anda akan merasakan perbedaan pada diri anda dan berkata bahwa anda “berbeda” atau “telah berubah”.

Cara lain untuk mengetahui bahwa diri anda sudah menjadi dewasa yaitu dengan melihat sekeliling anda. Sederhana saja, mungkin kita akan merasakan hidup kita berubah. Tetapi hidup tidak benar-benar berubah seperti yang anda sangka. Hanya cara pandang anda yang lebih dewasa akan membuat hidup ini tentu akan berbeda. Ketika dahulu anda menghadapi masalah dengan lebih banyak mengeluh, kini ketika cara pandang kita sudah dewasa maka anda akan menghadapi masalah dengan tegar, sigap mencari solusi dan tentu saja sedikit mengeluh.

Kembali pada pertanyaan kawan saya tadi, “Bagaimana caranya supaya bisa menjadi dewasa?”
Seseorang akan dewasa dengan sendirinya setelah banyak mendapatkan pengalaman dari berbagai peristiwa. Entah itu dengan ditempa masalah-masalah dalam kehidupan, mengalami kehilangan seseorang, mengalami kecelakaan dan masih banyak lagi. Banyak sekali cara Tuhan untuk membuat kita menjadi dewasa. Semua itu membuat kita akan melakukan introspeksi diri. Banyak menyadari kekurangan-kekurangan kita, sehingga muncul kemauan untuk mengubah kekurangan-kekurangan itu dengan memperbaiki sikap, gaya hidup, penghargaan akan orang lain dan lain-lain.

Terakhir, sampai saat ini saya hanya bisa menyimpulkan bahwa dewasa secara kejiwaan yaitu ketika seseorang:

bertanggung jawab;
cara/pola pikirnya rasional;
menjadi lebih bijak;
dapat mengendalikan emosinya;
dapat berempati/tidak egois;
lebih sabar;
lebih rendah hati;

Mungkin masih banyak lagi hal-hal lain yang belum saya tuliskan menjadi ciri-ciri seseorang yang sudah dewasa. Jika mungkin anda masih bingung dengan suatu kedewasaan walaupun setelah membaca artikel ini, tidak apa-apa.
Karena menurut saya, kedewasaan yang dirasakan setiap orang itu berbeda. Sangat unik.
sumber : http://muda.kompasiana.com/2010/05/27/dewasa/

Satu, apakah kedewasaan diukur dari fisik? Ya dan tidak. Ada kedewasaan yang didefinisikan atas fisiologis dan ada juga kedewasaan sikap/ fikiran. Tentu artian yang kita maksud kali ini adalah definisi satunya yaitu : kedewasaan berfikir-pun demikian pertumbuhan fisik yang sudah maksimal, tidak selalu equal dengan kedewasaan (berfikir).

Dua, apakah kedewasaan diukur dari umur? Apakah jika ia lebih umurnya lebih banyak dari orang-orang disekitarnya maka ia akan lebih dewasa? Sementara ada adagium “Tua adalah sebuah kepastian, tapi dewasa adalah pilihan”. Pada kasus ini, aku sempat bertemu dengan orang yang lebih tua 7 tahun dariku yang masih perlu diasuh dan haus banyak perhatian sementara disisi lain aku bertemu orang yang lebih muda dariku 4 tahun tetapi hampir sudah dapat mengambil peran sebagai penopang keluarga.

Tiga, apakah kedewasaan bisa diukur dari kecerdasan? Atau jika pertanyaanya dibalik: Apakah kecerdasan seseorang dapat mencerminkan kedewasaanya? Jika banyak yang mengatakan ia pintar berarti ia lebih dewasa dari yang lain? Pada kasus ketiga, hal semacam ini seringkali kujumpai pada anak-anak yang mengalami percepatan belajar, meskipun tidak dapat dipukul rata.

Empat, apakah kedewasaan bisa diukur dari seberapa jauh dia mengambil peranan gender? Pada perempuan misalnya, semakin keibuan berarti ia semakin dewasa? Semakin mampu ia dengan tugas peran kerumahtanggaan berarti ia lebih dewasa? Begitu pula pada laki-laki? Pada kasus ini, aku juga bertemu seorang kawan yang capable of any household task yang seringkali tidak pernah berani mengambil keputusan sendiri. Kendati demikian, menurutku pribadi, ini definisi yang hampir mendekati walaupun belum sepenuhnya benar.

Di luar negri banyak penelitian untuk hal semacam ini, salah satunya, mereka mendefinisikan ‘maturity’ dengan hal-hal seperti :

Leadership- seorang dewasa seharusnya dapat membuat keputusan, tidak terus menerus menjadi follower dan membiarkan orang lain menentukan hidupnya-and supposed become to be somewhat brave- terkadang harus menunjukan keberanianya.

Problem Solving: seorang dewasa seharusnya dapat menyelesaikan berbagai persoalan hidup : persoalan di tempat kerjanya, mengurusi diri sendirinya (semisal personal care atau personal hygiene), persoalan finansialnya (mandiri dan tahu bagaimana mengelolanya) sampai urusan rumah tangga

Interpersonal skills: seorang dewasa tahu bagaimana berinteraksi dengan orang lain, bernegosiasi, menunjukan pandangan dan mempertahankan pendapat, menunjukan rasa hormat, meminta maaf, bekerja sama, memelihara atau membuat persahabatan, mengajar/ membantu dan berbagi dengan yang lain.

Handling Responsibility: seorang dewasa seharusnya mengerti tentang tanggung jawab, membuat komitmen dan bagaimana menghargainya, menyelesaikan tugasnya sampai selesai dll

Citizenship: seorang dewasa mengerti bagaimana caranya menjadi warga negara yang baik-memahami hukum (lalu lintas, kependudukan, pemilu dll), pajak, dan kewajiban warga negara lainya.

Sex: seorang dewasa seharusnya memahami hal tersebut minimal pengetahuan umum seperti di buku IPA SMA kelas 3.

Dan beberapa hal lainya yang sudah kurangkum karena memiliki definisi yang hampir serupa. alau pun belum cukup menjawab, di internet banyak test serupa bertebaran.

Sementara pemikiranku sendiri akhirnya sampai pada definisi berikut : kedewasaan adalah sesuatu yang membedakan kita dengan anak-anak. Mengukur adalah tindakan menilai, sementara menilai memerlukan pembanding, sehingga minimal disini ada dua objek. Dan objek pembanding kita adalah anak-anak. Menurutku kedewasaan bukanlah sesuatu yang dinilai parsial dari kategori seperti : kecerdasan, sikap, skill dll. Tapi sesuatu yang terintegrasi.

Tidak ada aksi tanpa pemikiran. Semakin jauh jarak/ semakin besar perbedaan fikiran yang membedakan kita dan anak-anak berarti semakin dewasa kita. Pada anak-anak misalnya: mereka tidak melakukan sesuatu karena faham/ mengerti yang baik dan buruk, yang sebaiknya dilakukan dan sebaiknya tidak dilakukan. Karena mereka cenderung bergerak dari pilihan instingtif suka dan tidak suka. Tetapi orang dewasa tidak memilih dari suka dan tidak suka. Bahkan terkadang mereka memilih hal yang ia tidak suka. Karena apa? Karena salah satu perbedaan besar lainya antara anak-anak dan dewasa ialah: anak-anak tidak memiliki tanggung jawab dan mengambil peranan but and adult do. Tanggung jawab pada dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dll. Peran yang ia mainkan sebagai ayah, ibu, suami, istri, kakak, adik, ketua RT, ketua kelas, sebagai pengacara, dokter, sekretatis, ustadz/ah atau peran di lingkungan sosial lainya. Sementara dalam hal kecerdasan: itu bisa berarti ia memahami banyak hal. Bukan seorang dewasa jika ia tidak memahami banyak hal, minimal hal-hal umum yang menjai public knowledge. Anak-anak misalnya, tidak memahami banyak hal. Dan berbagai contoh lainya. Meskipun demikian kita tidak dapat terus berteoritis, that’s must be practical too. Kedewasaan pemikiran akan termanifestasikan pada sikap, tindakan, skill dan hal-hal yang lainya yang dapat diukur. Tetapi hal tersebut hanyalah cerminan dari pemikiran kedewasaanya. Kemampuan mengambil peran gender misalnya, termasuk skill tapi tidak menunjukan kedewasaan ketika pemikiran kita tidak jauh berbeda dengan anak-anak. Pada tataran praktis aku mengambil contoh : mengapa anak-anak tidak boleh menggunakan api? Mengapa anak-anak tidak boleh memanjat sampai atap? Mengapa anak-anak begitu bergantung pada orang lain? That’s because there are so many things that children can’t do. So, dalam tataran praktis, yang membedakan anak-anak dan dewasa adalah: An adult should capable of doing anything. Sehingga, tugas kerumahtanggaan misalnya, bukanlah skill yang dimiliki berdasarkan gender, tetapi sebuah nilai kedewasaan yang membedakan kita dengan anak-anak yang seharusnya : man can do and women can do.
sumber : http://lulukria.wordpress.com/2010/06/25/vdfdvds/

Mengenalitanda-tanda kedewasaan:
Para ahli psikologi dan psikiater sepakat, bahwa kesuksesan seseorang ditandai dengan berkembangnya prestasi serta kematangan emosinya. Meski tidak ada orang yang menyangkal pernyataan ini, tetapi sedikit orang yang mengetahui secara pasti tentang bagaimana penampilan seseorang yang dewasa atau matang itu, bagaimana cara berpakaian dan berdandannya, bagaimana caranya menghadapi tantangan, bagaimana tanggung jawabnya terhadap keluarga, dan bagaimana pandangan hidupnya tentang dunia ini. Yang jelas kematangan adalah sebuah modal yang sangat berharga. Sesungguhnya apa yang disebut dengan kematangan atau kedewasaan itu?

Kedewasaan tidak selalu berkaitan dengan intelegensi. Banyak orang yang sangat brilian namun masih seperti kanak-kanak dalam hal penguasaan perasaannya, dalam keinginannya untuk memperoleh perhatian dan cinta dari setiap orang, dalam bagaimana caranya memperlakukan dirinya sendiri dan orang lain, dan dalam reaksinya terhadap emosi. Namun, ketinggian intelektual seseorang bukan halangan untuk mengembangkan kematangan emosi. Malah bukti-bukti menunjukkan keadaan yang sebaliknya. Orang yang lebih cerdas cenderung mempunyai perkembangan emosi yang lebih baik dan superior, serta mempunya kemampuan menyesuaikan diri atau kematangan sosial yang lebih baik.

Kedewasaan pun bukan berarti kebahagiaan. Kematangan emosi tidak menjamin kebebasan dari kesulitan dan kesusahan. Kematangan emosi ditandai dengan bagaimana konflik dipecahkan, bagaimana kesulitan ditangani. Orang yang sudah dewasa memandanng kesulitan-kesulitannya bukan sebagai malapetaka, tetapi sebagai tantangan-tantangan.

Apa sih kedewasaan/kematangan itu? Menurut kamus Webster, adalah suatu keadaan maju bergerak ke arah kesempurnaan. Definisi ini tidak menyebutkan preposisi "ke" melainkan "ke arah". Ini berarti kita takkan pernah sampai pada kesempurnaan, namun kita dapat bergerak maju ke arah itu. Pergerakan maju ini uniq bagi setiap individu. Dengan demikian kematangan bukan suatu keadaan yang statis, tapi lebih merupakan suatu keadaan "menjadi" atau state of becoming. Pengertian ini menjelaskan, suatu kasus misal, mengapa seorang eksekutif bertindak sedemikian dewasa dalam pekerjaannya, namun sebagai suami dan ayah ia banyak berbuat salah. Tak ada seseorang yang sanggup bertindak dan bereaksi terhadap semua situasi dan aspek kehidupan dengan kematangan penuh seratus persen. Mereka dapat menangani banyak proble secara lebih dewasa. Berikut ini ada beberapa kualitas atau tanda mengenai kematangan seseorang. Namun, kewajiban setiap orang adalah menumbuhkan itu di dalam dirinya sendiri, dan menjadi bagian dari dirinya sendiri. Maka, orang yang dewasa/matang adalah:
1 Dia menerima dirinya sendiri

Eksekutif yang paling efektif adalah ia yang mempunyai pandangan atau penilaian baik terhadap kekuatan dan kelemahannya. Ia mampu melihat dan menilai dirinya secara obyektif dan realitis. Dengan demikian ia bisa memilih orang-orang yang mampu membantu mengkompensasi kelemahan dan kekurangannya. Ia pun dapat menggunakan kelebihan dan bakatnya secara efektif, dan bebas dari frustasi-frustasi yang biasa timbul karena keinginan untuk mencapai sesuatu yang sesungguhnya tidak ada dalam dirinya. Orang yang dewasa mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik, dan senantiasa berusaha untuk menjadi lebih baik. Ia tidak berkepentingan untuk menandingin orang lain, melainkan berusaha mengembangkan dirinya sendiri. Dr. Abraham Maslow berkata, "Orang yang dewasa ingin menjadi yang terbaik sepanjang yang dapat diusahakannya. Dalam hal ini dia tidak merasa mempunyai pesaing-pesaing.
2 Dia mengharagai orang lain

Eksekutif yang efektif pun bisa menerima keadaan orang lain yang berbeda-beda. Ia dikatakan dewasa jika mampu menghargai perbedaan itu, dan tidak mencoba membentuk orang lain berdasarkan citra dirinya sendiri. Ini bukan berarti bahwa orang yang matang itu berhati lemah, karena jika kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri seseorang itu sudah sedemikian mengganggu tujuan secara keseluruhan, ia tak segan memberhentikannya. Ukuran yang paling tepat dan adil dalam hubungan dengan orang lain bahwa kita menghormati orang lain, adalah ketiadaan keinginan untuk memperalat atau memanipulasi orang lain tersebut.
3 Dia menerima tanggung jawab

Orang yang tidak dewasa akan menyesali nasib buruk mereka. Bahkan, mereka berpendapat bahwa nasib buruk itu disebabkan oleh orang lain. Sedangkan orang yang sudah dewasa malah mengenal dan menerima tanggung jawab dan pembatasan-pembatasan situasi dimana ia berbuat dan berada. Tanggung jawab adalah perasaan bahwa seseorang itu secara individu bertanggung jawab atas semua kegiatan, atau suatu dorongan untuk berbuat dan menyelesaikan apa yang harus dan patut diperbuat dan diselesaikan. Mempercayakan nasib baik pada atasan untuk memecahkan persoalan diri sendiri adalah tanda ketidakdewasaan. Rasa aman dan bahagia dicapai dengan mempunyai kepercayaan dalam tanggung jawab atas kehidupan sendiri.
4 Dia percaya pada diri sendiri

Seseorang yang matang menyambut dengan baik partisipasi dari orang lain, meski itu menyangkut pengambilan keputusan eksekutif, karena percaya pada dirinya sendiri. Ia memperoleh kepuasan yang mendalam dari prestasi dan hal-hal yang dilaksanakan oleh anak buahnya. Ia memperoleh perasaan bangga, bersama dengan kesadaran tanggung jawabnya, dan kesadaran bahwa anak buadanya itu tergantung pada kepemimpinannya. Sedangkan orang yang tidak dewasa justru akan merasa sakit bila ia dipindahkan dari peranan memberi perintah kepada peranan pembimbing, atau bila ia harus memberi tempat bagi bawahannya untuk tumbuh. Seseorang yang dewasa belajar memperoleh suatu perasaan kepuasaan untuk mengembangkan potensi orang lain.
5 Dia sabar

Seseorang yang dewasa belajar untuk menerima kenyataan, bahwa untuk beberapa persoalan memang tidak ada penyelesaian dan pemecahan yang mudah. Dia tidak akan menelan begitu saja saran yang pertama. Dia menghargai fakta-fakta dan sabar dalam mengumpulkan informasi sebelum memberikan saran bagi suatu pemecahan masalah. Bukan saja dia sabar, tetapi juga mengetahui bahwa adalah lebih baik mempunyai lebih dari satu rencana penyelesaian.
6 Dia mempunyai rasa humor

Orang yang dewasa berpendapat bahwa tertawa itu sehat. Tetapi dia tidak akan menertawakan atau merugikan/melukai perasaan orang lain. Dia juga tidak akan tertawa jika humor itu membuat orang lain jadi tampak bodoh. Humor semestinya merupakan bagian dari emosi yang sehat, yang memunculkan senyuman hangat dan pancaran yang manis. Perasaan humor anda menyatakan sikap anda terhadap orang lain. Orang yang dewasa menggunakan humor sebagai alat melicinkan ketegangan, bukan pemukul orang lain.

1Diadaptasi dari "The Effective Psychology for Manager" oleh Mortimer R. Feinberg, Ph.D
*) Dikirim oleh seorang teman..$-)
sumber : http://warmada.staff.ugm.ac.id/Life/kematangan.html

Jadi kesimpulannya, kedewasaan seseorang tidak dapat diukur dari usia ataupun jenjang pendidikan seseorang. Kedewasaan harus melalui proses yang panjang. Pengalaman hidup dapat menjadikan seseorang berpikir lebih matang dan dewasa. Kedewasaan seseorang juga bisa dilihat dari cara orang tersebut menyikapi suatu masalah atau dari cara ia mengambil keputusan. Sekian tulisan dari saya, semoga bermanfaat.

3 comments:

  1. wow keren!!
    salam kenal dari anak trisakti :D

    ReplyDelete
  2. All Free Spins No Deposit Bonus at Borgata Online Casino Queen
    A £50 No Deposit Bonus クイーンカジノ to get £50 free spins bk8 on Slots.org, Blackjack, Roulette and more! T&C's apply. 카지노사이트

    ReplyDelete