HELLO!

WELCOME to my Blog :)

Enjoyed!

Friday, October 8, 2010

WE KNOW NOTHING

Kita diciptakan oleh Yang MahaKuasa dengan bekal otak yang bisa digunakan untuk berpikir. Tetapi,otak itu adalah benda yang butuh untuk diasah, sebab kita dilahirkan tidak secara instant dengan otak yang cerdas dan pintar, masih dengan otak yang sangat lugu dan polos. Belum mengerti apa-apa dan membutuhkan bimbingan. Tetapi semakin kita dewasa dan bertambah umur,otak kita dengan sendirinya terasah bila kita rajin belajar dan membaca buku.

Hidup adalah pembelajaran. Belajar bertujuan untuk membentuk pribadi yang bertata krama dan cerdas dalam menghadapi masalah yang ada. Belajar dan membaca adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Membaca juga salah satu wadah dalam membuka cakrawala dunia yang luas dan menambah wawasan. Seperti kata orang bijak "Buku adalah jendela dunia". Maka,jikalau anda membaca satu halaman buku atau bahkan lebih setiap harinya,byangkan berapa banyak pengetahuan yang bisa anda dapatkan. Tapi tentu saja dengan catatan buku atau tulisan yang anda baca adalah mengenai tulisan yang bersifat positif dan 'berisi'.

Ada beberapa faktor yang bisa mendorong kita untuk terus belajar,diantaranya:

* Rasa keingin tahuan yang besar
* Rasa ketidakpuasan atas ilmu yang telah didapat
* Menyadari bahwa ilmu pengetahuan itu terus berkambang dan berkembang

Saya mengutip kata-kata berikut ;

Satu-satunya keunggulan kompetitif bagi individu adalah kemampuannya untuk belajar. -Stew Stokes

Jika kita memahami mengapa kita belajar, maka kita dapat belajar dalam situasi yang bagaimanapun juga.
-Andrias Harefa

Ciri-Ciri Manusia Pembelajar:

Manusia pembelajar menunjuk kepada setiap orang yang bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan dua hal penting. Kedua hal penting itu, yakni, pertama, berusaha mengenali hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya, dengan selalu mencari jawaban yang lebih baik tentang beberapa pertanyaan eksistensial, seperti 'siapakah aku?', 'dari mana aku datang?', 'ke manakah aku akan pergi?', 'apa yang menjadi tanggung jawabku dalam hidup ini?', dan 'kepada siapa aku percaya?'.

Kedua, berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap potensinya,mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuh-penuhnya, seutuh-utuhnya, dengan cara menjadi diri sendiri dan menolak untuk dibanding-bandingkan dengan segala sesuatu yang 'bukan dirinya'. (Harefa; Menjadi Manusia Pembelajar, 2000, hlm. 30-31).

Pengertian di atas setidaknya memberikan sejumlah petunjuk terhadap ciri-ciri atau karakteristik manusia pembelajar:

1. Secara sadar mau menerima tanggung jawab atas hidupnya, atas sikap dan
perbuatannya.
2. Secara sadar selalu mengembangkan inisiatif untuk mencari dan mengenali dirinya
itu apa dan siapa.

3. Secara sadar menumbuhkan keberanian untuk jujur menyatakan keunikannya sebagai pribadi.

4. Memberikan dirinya dipandu 'dari dalam' (inside out) oleh nilai-nilai yang sesuai dengan keyakinannya.


5. Memiliki constructive discontent (ketidakpuasan yang konstruktif), yang
mendorongnya untuk belajar seumur hidup guna meningkatkan kualitas kemanusiaannya.

6. Ia tak suka mengidentifikasikan dirinya dengan hal-hal yang bukan dirinya
(misalnya,identifikasi diri dengan jabatan, kekayaan, atau kekuasaan, sebagaimana sering dislogankan menjadi 'you what you have', 'you are what you drive', 'you are what you eat',dsb.).

Dengan ciri-ciri pokok tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa siapa saja yang
menyadari hakikat dirinya sebagai manusia pembelajar, pertama-tama ia berusaha membebaskan dirinya dari segala bentuk ketergantungan, baik kepada orang tua maupun lembaga-lembaga lain yang mengaturnya (termasuk bebas dari lembaga persekolahan). Ia berusaha membebaskan dirinya dari berbagai bentuk pendiktean, penindasan, dan penjajahan. Pada saat yang sama, ia mengarahkan dirinya untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa dan mandiri.
sumber : http://www.mail-archive.com/rantau-net@rantaunet.com/msg14354.html




Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan melapangkan baginya jalan menuju surga. Dan sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuk menghormati penuntut ilmu karena merasa ridha terhadap apa yang mereka perbuat. Orang yang alim pasti akan dimintakan ampunan oleh segala sesuatu yang ada di langit ataupun di bumi, bahkan oleh ikan yang ada di dalam air sekalipun. Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan orang yang rajin beribadah (tanpa ilmu) seperti keutamaan bulan purnama apabila dibandingkan dengan semua bintang-bintang. Para ulama itu adalah pewaris para nabi. Sedangkan para nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham. Akan tetapi mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambilnya, sungguh dia telah mendapatkan bagian warisan yang sangat banyak.” (HR. Ahmad dan Ash-habu Sunan, lihat Sahihul Jami’, V/302).
Sumber: http://abu0mushlih.wordpress.com/2009/01/02/ilmu-adalah-anugerah/



Menurut Imam Ghazali,manusia terbagi menjadi 4 golongan;

1. Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri


:: Seseorang yang Tahu dan dia Tahu kalau dirinya Tahu

Orang ini bisa disebut 'Alim = Mengetahui.Terhadap orang ini, yang harus kita lakukan adalah mengikutinya. Apalagi kalau kita masih termasuk dalam golongan orang yang awam,yang masih butuh banyak diajari,maka sudah seharusnya kita mencari orang yang seperti ini, duduk bersama dengannya akan menjadi pengobat hati. Sebagaimana syair tombo atinya Mas Emha Ainun Nadjib "wong kang sholeh kumpulono"

Ini adalah jenis manusia yang paling baik. Jenis manusia yang memiliki kemapanan ilmu, dan dia tahu kalau dirinya itu berilmu, maka ia menggunakan ilmunya. Ia berusaha semaksimal mungkin agar ilmunya benar-benar bermanfaat bagi dirinya, orang sekitarnya, dan bahkan bagi seluruh umat manusia. Dalam bahasa pakar manajemen global, manusia jenis ini adalah manusia yang kreatif, selalu belajar, dan tidak berhenti berinovasi.

Manusia jenis ini adalah manusia unggul. Dalam bahasa Syaikh Muhammad Ahmad Al Rasyid, manusia jenis inilah yang yang mampu merubah dunia kearah yang lebih baik, mereka layak menjadi pelopor “shina’atul hayah” atau “lifemaking”. Jumlah manusia jenis ini tidak banyak, tapi keberadaan mereka menjadi nyawa bagi kehidupan umat manusia.

2. Rojulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri


:: Seseorang yang Tahu tapi dia Tidak Tahu kalau dirinya Tahu

Untuk type ini, bolehlah kita sebut dia seumpama orang yang tengah tertidur. Sikap kita kepadanya? Qimhu! yaitu,Bangunkan dia!

Manusia yang memiliki ilmu dan kecakapan, tapi dia tidak pernah menyadari kalau dirinya memiliki ilmu dan kecakapan. Manusia jenis ini sering kita jumpai di sekeliling kita. Terkadang kita menemukan orang yang sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa, tapi ia tidak tahu kalau memiliki potensi.
Karena keberadaan dia seakan gak berguna, selama dia belum bangun

- Al 'Ilmu Bilaa 'Amalin Kasysyajari bilaa Tsamarin = Ilmu tanpa pengamalan, bagaikan pohon yang tidak berbuah. Adanya orang seperti ini malah tidak membuahkan manfaat,meski dia tahu tantang banyak hal.

3. Rojulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri


:: Seseorang yang Tidak tahu tapi dia Tahu alias sadar diri kalau dia Tidak Tahu


Orang ini masuk kategori orang-orang yang awam,yang masih lemah keilmuannya, masih bodoh pemahamannya. Kepada orang ini, maka sikap yang harus diupayakan dari orang - orang berilmu didekatnya adalah merangkulnya, mengajarinyA.

Menurut Imam Ghazali, jenis manusia ini masih tergolong baik. Sebab, ini jenis manusia yang bisa menyadari kekurangannnya. Ia bisa mengintropeksi dirinya dan bisa menempatkan dirinya di tempat yang sepantasnya. Karena dia tahu dirinya tidak berilmu, maka dia belajar. Dengan belajar itu, sangat diharapkan suatu saat dia bisa berilmu dan tahu kalau dirinya berilmu.

Meskipun tergolong baik, tapi ini bukan tipe manusia yang bisa membuat perubahan bagi lingkungannya. Sebab, tanpa ilmu pengetahuan yang cukup, maka manusia tidak bisa berinovasi.

Baiknya, tipe manusia ini dengan kesadaran dan akal sehatnya tidak akan menghalangi sebuah proses perubahan kearah yang lebih baik. Dan manusia jenis ketiga ini, dia tidak akan berani nekat memegang amanah yang ia rasa tidak memiliki kapasitas untuk memegangnya. Sebab ia tahu siapa dirinya.


4. Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri


:: Seseorang yang Tidak Tahu dan dia Tidak Tahu kalau dirinya Tidak Tahu


Dan menurut Imam Ghazali, inilah adalah jenis manusia yang paling buruk. Ini jenis manusia yang selalu merasa mengerti, selalu merasa tahu, selalu merasa memiliki ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa. Repotnya manusia jenis seperti ini susah disadarkan, kalau diingatkan ia akan membantah sebaba ia merasa tahu atau merasa lebih tahu. Jenis manusia seperti ini, paling susah dicari kebaikannya.

Sikap kita pada orang ini? Fatrukhu!! .. Tinggalkan dia!

No More comment deh, jenis manusia ini, sayangnya ... sangat banyak dan bisa dijumpai dimana-mana .. orang-orang yang merasa tahu, sok tahu .. pemahaman baru sejengkal.. bicaranya sudah sehasta .. Bawa-bawa nama agama, berpakaian agamis, dan berbahasa agamis .. tapi sebenarnya perilakunya jauh dari Islam ..

Biasanya orang-orang seperti inilah, yang gampang terbawa pada aliran sesat .. berwajah kusam karena malamnya terlalu letih dengan ibadah .. berbaju lusuh karena anggapannya bahwa dunia ini hanyalah bangkai, dan yang mengejarnya bagaikan anjing yang kelaparan .. menjauhi dunia, tapi tanpa sadar menelantarkan begitu banyak kewajiban yang semestinya dia dahulukan ..

Maka jika bertemu dengan orang seperti ini, Tinggalkan dia .. itu lebih baik bagimu, daripada berbanyak debat hanya akan menimbulkan pertikaian,.. debat yang tak akan pernah ada habisnya .. lha wong jalur pemikirannya sudah beda, dia ke Timur .. Yang satu ke Barat .. dia katakan Matahari cuma ada di Timur, dari terbit hingga tenggelamnya, ya karena dia cuma menghadapkan wajahnya ke Timur saja .. fanatik, gak mau sekalipun menoleh kearah lain.
sumber: http://bunayya.tabulas.com/2010/03/25/4-golongan-manusia-kita-yang-mana-ya-:p/


Cara anda belajar atau memperoleh ilmu tidak harus melulu identik dengan bangku pendidikan. Ilmu bisa didapat dari pengalaman. Mengambil hikmah dari sebuah pengalaman adalah juga merupakan proses belajar. Sebuah pengalaman hidup bisa menjadikan kita manusia yang lebih baik. Maka,jika anda masih muda,perbanyak teman dan kegiatan sosial. Itu akan membantu anda membentuk pribadi yang positif dan bersosialisasi tinggi. Tetapi dengan catatan teman yang anda pilih adalah yang bisa membawa anda ke jalan yang lurus.





Jadi,semua pendapat diatas membuktikan bahwa belajar adalah merupakan suatu proses yang mulia dan penting kita jalani,agar dapat bertahan hidup dan menjadi manusia yang cerdas dan berprilaku positif. Dengan belajar juga kita bisa mengetahui apa-apa yang sedang atau pernah terjadi di bumi kita tercinta ini. Tetapi,sepandai-pandainya manusia belajar,masih ada dzat yang MahaMengetahui,melebihi manusia. Tugas kita hanyalah mencari ilmu untuk bekal dunia dan akhirat kelak.

No comments:

Post a Comment